Masih terkait pengalaman saat interview kali pertama ku. Dalam form yang diberikan perusahaan itu untuk ku isi ada serangkaian pertanyaan-pertanyaan yang terlihat mudah namun sangat susah untuk diungkapkan.
Praktis butuh waktu beberapa menit untuk ku sampai akhirnya tertulis lah beberapa rangkaian kata untuk pertanyaan berikut ini :
1. Apa cita-cita anda?
2. Apa Sifat Pekerjaan yang Anda sukai?
3. Apa hobby anda?
Dulu, sewaktu saya kecil sampai beranjak remaja dengan lantang saya bisa menjawab pertanyaan no. 1 di atas. Dulu, saya ingat dua jawaban mutakhir saya adalah menjadi polisi dan pramugrari. Namun beranjak SMA dua jawaban itu bahkan tidak lagi terlintas di benakku. Bahkan aku mulai mendapati kesulitan untuk menggambarkan akan jadi apa aku kelak. Semakin dewasa aku semakin dikaburkan oleh pertanyaan ini. Sampai pada saat pertanyaan itu ditanyakan tertulis jumat lalu, aku berpikir untuk mendapatkan jawaban yang tidak klise dan terdengar baik dimata pembaca. Namun setelah saya sadari, jawaban ku tak lebih hanya sebuah jawaban yang abstrak. Mengapa semakin dewasa pertanyaan ini serasa semakin tak mudah untuk dijawab? Bodoh kah aku? akhh entah lah. Pada saat itu pertimbanganku hanyalah bagaimana agar apa yang ku tuliskan tak tersirat konyol bagi si pembaca. Bagaiman dengan anda? Apa jawaban anda untuk jawaban pertanyaan no. 1 tersebut?
Untuk pertanyaan yang kedua juga aku menemui kesulitan. Mau di skip, takut tercap tidak tahu akan maksud pertanyaan. Mau menuliskan siap bekerja underpressure juga takut kejadian. Saat itu aku sempat melirik jawaban yang dituliskan pelamar lain dengan kata "santai tapi serius". Akkhhh, aku akan berpikir jutaan kali untuk menjawab dengan senada jawabannya itu. Jika anda menjadi saya, jawaban seperti apa yang akan anda sampaikan?
Untuk no.3 saya tahu betul apa yang menjadi hobby saya. Tapi apakah jawaban saya itu akan terlihat credible bagi mereka. Saya hobby nonton, baca tulisan ringan, dan menjelajah di dunia maya. Dan apakah itu akan membantu saya terlihat plus dari pelamar yang lain? Sama sekali hobby saya itu tidak ada keterkaitannya dengan pekerjaan itu. Namun, apa yang terjadi terjadi lah, bersikap jujur adalah pilihan saya, karena saya juga tidak tahu untuk memperindah jawaban untuk pertanyaan ke 3 ini. Yang saya pertimbangkan adalah, dalam sisi psikologis pastilah ada keterkaitannya pertanyaan semacam itu ditanyakan untuk pertimbangan mereka menyeleksi calon karyawannya.
Terlalu banyak pertimbangan adalah sifat saya yang terkadang menguntungkan namun tak jarang juga menjadi boomerang bagi saya.
Sekarang saya membenarkan tagline salah satu provider yang menyatakan "menjadi dewasa itu menyenangkan, tapi susah dijalani". Memang seperti itu lah keadaanya. Hal yang waktu kecil hanya lah a piece of cake, saat dewasa menjadi a bowl of soup (nyambungnya kemana itu yahhh,,,hehehheeee)..
^^