Entah
mengapa sore menjelang malam ini aku berpikir untuk membagi pengalaman
interview ku untuk yang pertama sekali. Sudah 2 kali berganti profesi tapi
jumat kemarin aku baru benar-benar mengalami apa yang dinamakan interview
sesungguhnya (2 pengalaman sebelumnya melewarkan aku pada fase ini, (how lucky
i was). Hahhaaahhaaa…
Rabu siang mendapat sms masuk dari provider telkomsel, berisi undangan untuk
mengahdiri interview tahap pertama dengan HRD salah satu perusahaan outsourcing
cukup besar di negeri ini untuk posisi call center. Tidak ingat aku pernah
melamar atau tidak, tapi dari info sms yang ku dapat katanya mereka menerima
surat lamaran via email. Benar saja aku cek email, dan di dalam sent box
tertera bulan februari tahun ini, dan dipanggil agustus. Kontan saja aku tidak
begitu ingat lagi. Dalam sms itu, aku diundang untuk hadir jam 8 pagi hari
jumat. Hal yang pertama ku lakukan adalah berpikir alasan apa yang harus ku
gunakan untuk tiket ku ijin sementara (hanya beberapa jam) dari kantor ku sekarang.
Aku memang sedang bekerja, dalam CV yang aku kirim aku menerakan perusahaan ku
yang sekarang, namun aku menuliskan dalam CV bahwa aku sudah berhenti (eits
tidak, sejujurnya aku menuliskan (2011-until now). Langung terbersit dalam
benak jawaban apa yang bisa menyelamatkan ku jika mereka menanyakan maksud dari
until now dalam CV ku itu. Dan sampai hari-H tiba, ku tak menemukan alibi
apapun. Berdoa saja semoga kata itu tidak menjadi pusat perhatian di
pewawancara, sehingga tidak menjadi boomerang bagi ku nantinya.
Untuk menghindari ku terlihat konyol saat interview nanti (takutnya, malah
hanya bisa bengong tok), aku pun men-search pengalaman=pengalaman sebelumnya
milik orang lain tentunya mengenai interview ini. Dan aku mendapati banyak
sekali versi. Aku pun hanya mengambil dari dua sumber berbeda saja. Dan dari
dua sumber itu juga memiliki beberapa kemiripan.
Hari h tiba. Aku sampai di tempat tujuan ku lebih awak ½ jam dari waktu yang
sudah ditentukan, dan di sana aku sudah melihat rekan interviw lainnya.
Mengunrangi perasaan grogi aku pun mencoba mengajak bicara satu, dua orang di
dekatku. Yang seorang juga merupakan pengalaman pertamanya (baru lulus D3) yang
satu lagi sudah lebih tua dari ku dan memiliki beberapa pengalaman, namun di
bidang yang berbeda (sama seperti ku). Kami pun mendiskusikan kira-kira
pertanyaan apa yang muncul nantinya. Dan hal yang paling utama ku yakin
ditanyakan adalah 2 hal yaitu: mengapa minat dengan lowongan ini, dan berapa
gaji yang diingini.
Jam delapan teng. Ada seorang yang pastinya dari perusahaan itu datang
menghampiri kami (puluhan orang) dan membagikan form yang harus kami isi
terlebih dahulu. Aku orang ketiga yang terpanggil saat pembagian form itu, dan
aku menduka aku juga akan dipanggil masuk untuk intervie setelah nama dua
wanita sebelum aku.
Giliran ku pun tiba. Dag dig dug…(aku sedikit grogi). Ruangan yang kecil namun
bersuhu dingin itu menyamarkan ku dari grogiku. Karena kalau tidak ada
pendingin itu pastilah keringatku sudah bercucuran. Aku dipersilahkan duduk dan
aku menyerahkan form yang sudah diisi tadi dan juga berkas lamaranku. “Sudah
siap”, tanya beliau
Siap, jawabku mantap.
Terlihat memperhatikan sekilas apa yang tertulis dalam form dan tiba-tiba..
“kok call center telkomsel?”, “sebenarnya kamu melamar kemana sih”?tanyanya
dengan mimik mengerikan.
Dengan mencoba tenang aku berusaha seolah tak menyadari kesalahan fatal yang ku
lakukan.
“akkh masak si bu? Saya tidak mungkin salah alamat”.
“Ini”? katanya sambil menyerahkan dan menunjukkan kesalahan tulisanku
Oooppss, ohh…oh…(berusaha tetap tenang). Ehm, maaf bu, terkadang otak saya
tidak berkoordinasi dengan benar dengan tangan saya tapi saya tidak salah
alamat bu. Jawabku mencoba meyakinkannya.
(Padahal yang sesungguhnya, aku memang berpikir perusahaan yang ku datangi ini
adalah perusahaan dengan yang tercantum dalam form ku itu. Aku tidak tahu
ternyata mereka adalah dua perusahaan yang berbeda). Kesan pertama ku
sungguhh..akkhhh….selanjudnya terserahhh lah (aku pasrah)
pertanyaannya selanjutnya
“perkenalkan dirimu”
Dengan lantang dan tanpa sedikit keraguan ku menjawab pertanyaan beliau..
“mengapa kamu berhenti dari pekerjaan lamamu dan tertarik bergabung di sini”tanyanya
lagi..
“Saya memutuskan berhenti karena bla…bla…bla… (tidak menorehkan sedikitpun
kesan negative kepada perusahaan), dan memutuskan untuk melamar di sini dengan
harapan kinerja saya dapat meningkat dalam setiap periodenya.”
“Apa yang kamu maksud dengan meningkat?” tanyanya lanjud
Tentu dalam jenjang karir saya ingin terus berada dalam tahap level yang lebih
baik lagi. Katakanlah saat ini saya diterima sebagai call center dalam
perusahaan anda, tentu di tahun depan saya tidak ingin stuck di posisi yang
sama.
“Perlu anda ketahui, dalam perekrutan kali ini tidak akan ada ada promosi
jabatan atau peningkatan posisi semacamnya. Kita di sini sistem outsourcing
yang hanya merekrut dengan kontrak paling lama 1 tahun, dan jika perusahaan
tidak puas dengan kinerja anda kita bisa memutuskan kontrak meski itu di bawah
satu tahun.”
“terbengong sekejap”..
Koplakkk,,,gila…kena deh aku…
Harus bilang apa lagi ini….
Akhirnya hanya kata “oh….” Yang keluar dari mulut ku..
“Apa yang anda ketahui tentang call center?”
Dari bahasanya tentu pekerjaan ini umumnya melayani keluhan ataupun kebutuhan
pelanggan yang menghubungi. Biasanya penelpon menghubungi 10* lalu akan
tersambung dengan agenya yang siap melayani.
“10*? Bukannya 10*?”tanyanya
Asemmmm,,,salah lagi aku.
“Oh iya benar 10* bu”
“Coba kamu peragakan seolah-olah kamu adalah age yang sedang melayani penelpon?”
“Halo selamat pagi dengan saya enny ada yang bisa saya bantu? Blaaa..blaa…blaaa……
Terimakasih sudah menggunakan layanan ini, selamat pagi selamat beraktivitas”
Coba ku sedikit terbata namun bisa..
“Apa anda sebelumnya sudah pernah berprofesi sebagai call center? Atau anda
sudah pernah dalam tahap training di sini?”tanyanya
“tidak bu, saya hanya pernah beberapa kali tersambung dengan layanan call center
untuk menanyakan informasi marketing hotel dsb”.
“Jika begitu berapa gaji yang maksimal anda dapatkan setiap bulan dengan sistem
kerja dimana schedule perusahaan yang mengatur, bahkan terkadang untuk ibadah
juga harus menyesuaikan dengan waktu kantor?”
alamakkk,,,,pertanyaan gaji ini lah yang paling riskan jawabannya. Untung saja
secara umum saya sudah cari tahu sebelumnya kisaran gaji dengan jobdes seperti
itu dan dipertimbangkan dengan UMK di kota saya ini, dan memang perkiraan saya
tidak meleset sedikit pun..
Usai mengiyakan semua dan menyanggupi apa yang dikatakan beliau, sesi wawancara
pun berakhir dengan jabatan tangan. Pemberitahuan diterima atau tidaknya
tinggal menunggu kabar dari perusahaan saja.
fyuhhhh..dan saya pun melangkah keluar dengan keyakinan, what will be will be
lahh.. I’ll do my part, the rest let HIM do…
Jadi buat teman-teman yang mau interview, jangan remehkan persiapan yah..
Preparatioan is a must :D