- Mana pengakuan Yesus dalam Alkitab bahwa dia beragama Kristen ?
- Mana ajaran Yesus ketika dia berumur 13 - 29 tahun ?
- Mana ucapan Yesus dalam Alkitab "Akulah Allah Tuhanmu, maka sembahlah Aku saja" ?
- Mana dalilnya firman Allah dalam Alkitab "Akulah yang mewahyukan Alkitab, maka Aku pula yang akan menjaganya" ?
- Mana perintah Yesus dalam Alkitab beribadah hari minggu ?
- Mana dalil dalam Alkitab Yesus 100% Tuhan & 100% manusia ?
- Mana dalilnya asal percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat dijamin pasti masuk surga ?
- Mana foto asli wajah Yesus dan siapa pemotretnya ?
- Mana dalilnya dalam Alkitab Yesus lahir pada tanggal 25 Desember dan perintah merayakan natal ?
- buktikan siapa yang hafal Alkitab walau satu surat saja ?
Serangkaian pertanyaan di atas itu, saya kutip dari komentar komentator pada artikel yang menyoroti ketegasan Ahok dalam mengemban kewajibannya sebagai wakil gubernur sehingga melontarkan suatu pernyataan yang membuat sebahagian orang terheran-heran bahkan ujung-ujungnya sampai menghujat agama.
Pernyataan Ahok sendiri tak lain dan tak bukan adalah "Mati adalah Keuntungan". Lewat pernyataan ini pula lah timbul pertanyaan tersebut dan beragam celaaan, cacian yang dilemparkan ke agama masing-masing.
Satu hal yang saya soroti adalah, mengapa sikap tegas Ahok itu menjadi keresahan? Bukannya baik, pada akhirnya kita mempunyai pemimpin yang sungguh ingin bekerja (khusus jakarta). Apa hanya karena dia berlatar belakang dari minoritas sehingga layak dia selalu diperguncingkan seperti itu?
Hal ini membuat saya merenung, ternyata memang banyak warga Indonesia yang tidak mengerti arti pluralitas bernegara. Padahal sedari sekolah dasar sampai ke jenjang universitas, kita belajar mengenai kewarganegaraan, namun pada praktiknya, nihil. Perang statement terus terjadi ketika menyingnggung sedikit saja soal ras. Cela-celaan tak bisa dihindari. Apa,apa sebenarnya yang dicari dari mereka yang saling mencela ini?
Bagaimana seseorang yang tidak meyakini bisa menjudge bahwa keberadaan keyakinan lain itu sesat adanya. Sama hal seperti pertanyaan yang dilontarkan salah satu komentator dalam artikel itu. Untuk apa dia menanyakan bahkan terkesan mengentes keabsahan keyakinan orang lain padal dia tidak menyakini dan memahami? Toh sekiranya ada yang menjawab pertanyaan tersebut dengan sempurna, dia juga tidak akan bisa menerima. Karena apa? Karena sudah jelas itu akan bertentangan dengan pemahaman yang sebelumnya sudah tertanam dalamnya. Meskipun benar adanya jawaban tersebut, tapi batin akan berusaha mencari dalil lain sehingga jawaban tadi samar kebenarannya. Alhasil, perang cacian pun tak kunjung selesai.
Sedihh...
Kita mengharapkan pemimpin yang memihak namun menolak pula pemimpin itu hanya karena dia berasal dari minoritas bangsa ini. Mengapa sesempit itu pemikiran sodara sodariku ini.
Bukankah hasil yang ditunjukkan pemimpin itu lebih baik dibahas daripada sekedar persoalan soal agama?
Itu keyakinan beliau. Biarkan. Selama beliau tetap mengabdi dan memberi secercah perubahan bagi ibukota, apa yang salah????