Saya boru Batak, boru Simanjuntak. Saya akui bahasa batak saya memang kurang lancar, mengenai tarombo juga saya kurang begitu memahami. Bisa dibilang saya ini adalah orang Batak Dale. Saya malu, sangat ingin seperti teman-teman yang paham betul jati diri sebagai orang batak. Sampai seorang rekan kerja nyeletuk "Lepas saja lah marga mu itu kalau gak tahu apa-apa tentang Batak". Bak tertampar kanan-kiri bertubi-tubi mendengar pernyataan beliau itu.
Terasa perih di hati. Tapi ini bukan kemauanku menjadi dale seperti ini. Lingkungan ku sedari kecil yang tak mendukung ku untuk mengenal suku ku sepenuhnya. Lahir dan tumbuh di lingkungan suku jawa. Bahasa yang paling dominan sering terucap hanya bahasa Indonesia. Aku, hingga saat ini hanya mampu merekam sedikit saja bahasa batak. Mengucapkan bisa, namun intonasinya pun terdengar ganjal, seperti bukan orang batak.
Ingin bisa lancar berbahasa, aku pun sering mendengarkan lagu-lagu batak, dan ikut ngumpul kalau orang tua dan sanak berbincang. Sampai mempunyai harapan punya suami juga orang batak murni. Tapi ternyata, saat punya pacar Batak, dalenya sama juga seperti saya. Dan pacar sekarang, berasal dari suku di luar Batak. Kans mewujudkan membataknissasi diri memang kurang terdukung dengan pacar sekarang. Namun, keinginan tak mesti pupus begitu saja. Kelak anak-anak ku yang akan bermarga Foenale juga mesti tahu dan mengenal suku mamanya yang BAtak.
HORAS!!!!!