Emon, menjadi perbincangan diantara segelintir pelaku pelecehan seksual yang terblowup dikarenakan korban-korbannya yang sudah mencapai ratusan orang. Berdasarkan pengakuan emon tercatat 120 nama anak korban pelampiasan birahinya yang dicatat dalam sebuah buku kecil. 

Entah apa motif pencatatan nama korban ini, tapi yang pasti catatan ini akan mempermudah pihak terkait dalam rangka memulihkan kejiwaan korban dari rasa trauma.

Sempat melihat liputan, pihak terkait mengumpulkan sejumlah korban emon di rumah dina walikota sukabumi untuk ditanganu ahlinya dengan waktu yang belum ditentukan. Mereka mengaku akan rutin memberikan kegiatan pemulihan kepada korban-korban emon.

Langkah ini tentunya sangat positif dan baik dilakukan. Karena ini juga sebagai antisipasi pencegahan korban-korban emon menjadi emon dimasa depan. 

Emon mengaku, dulu dia juga menjadi korban pelecehan seksual. Seberanjak remaja emon didorong hasrat yang tinggi untuk mengulangi kejadian pelecehan yang dia alami. Mulai lah dia mencari korbannya dan ternyata aksi bejat ini menjadi hal yang tidak bisa dikendalikan lagi untuk emon dikala hasrat itu timbul.

Di sini lah letak pentingnya pemulihan terhadap ratusan korban emon ini. Agar anak-anak ini tidak dirusak tumbuh kembangnya akibat menyimpan memory yang belum patut diperkenalkan diusianya. Di sini lah orang tua korban juga harus merangkul anak dan memperhatikan anak secara intens. 

Saya sih berharap, orang tua korban benar-benar berupaya optimal. Karena jika tidak, 120 korban pelecehan seksual ini akan menjadi pelaku dimasa depan, dan korban pun akan ada dan ada lagi. 

Belum usai berita soal emon, pagi ini saya melihat liputan seorang guru pria melakukan aksi bejat serupa kepada murid-muridnya. Sedikit berbeda dengan emon, si guru mengakui kesalahannya dan mengungkapkan penyesalannya. Sedangkan emon tidak. Malah menurut keterangan ahli kejiwaan yang dipanggil untuk memeriksa kejiwaan si emon, raut wajah penyesalan atau rasa bersalah nyaris tidak terbersit sedikit pun dalam raut wajah emon. Malah dia nyengir-nyengir. Tapi emon dinyatakan tidak terganggu kejiwaannya. LAlu apa yang salah?

Terlalu sering perbuatan bejat itu dilakukan emon lah yang mempola standart kebaikan dan keburukan di dalam dirinya. Karena sudah sering emon tidak lagi merasa apa yang dilakukannya adalah suatu kesalahan. kemungkinan pembenaran akan dulunya dia yang juga korban inilah yang membuat dia berhak melakukan hal bejat serupa. 

Pembentukan karakter anak memang berangkat dari lingkungan keluarga. Semoga di jaman yang menuntut fokus diri dan waktu lebih tidak menjadikan banyak orang tua lepas kontrol terhadap tumbuh kembang anak. 


Related Post :
1 Komentar di Blogger
Silahkan Berkomentar Melalui Akun Facebook Anda
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda Di Bawah
  1. Fun88 Casino: New Casino Site
    Fun88 casino is a new fun88 vin online casino platform. Play with your $1000+ in leovegas welcome 메리트 카지노 주소 bonus when you deposit $10 or more and win more than 50000x your

    BalasHapus