Untuk kali pertama aku menginjakkan kaki di polresta. Tapi bukan karena sedang tersangkut tindak pidana lho... Kepentingan ku sendiri tidak lain tidak bukan adalah untuk kepengurusan SKCK sebagai persyaratan kelengkapan administrasi pendaftaran CPNS. Berkas ku ini nantinya akan ku kirimkan ke kementerian MenkuHam. Setibanya di sana, aku dan teman ku yang setujuan disuguhkan dengan kegian kepolisian stempat yang sedang berolahraga. Hari itu adalah Sabtu. Hampir setengah jam juga kami menunggu sampai akhirnya kegiatan jasmani itu selesai. Namun saat ruangan kepengurusan SKCK dibuka, serasa hilang separuh semangat saat melihat pengumuman yang dipajang di pintu masuk, "hari sabtu, kami tidak melayani pendaftaran pengurusan SKCK, yang dilayani hanyalah pengambilan SKCK". Lemas saya. Tapi sudah terlanjur dilokasi saya pun tetap di sana untuk menemani teman saya yang kebetulan sudah melakukan pendaftaran hari kamis lalu. Setiap menit berlalu semakin banyak saja orang datang mengerumuni ruangan itu, sampai penuh sesak. Kondisi saat itu pun sedang mati lampu, pendingin ruangan tak berfungsi tentunya. Satu-satunya akses keluar masuk udara alah dua pintu masuk di depan. Yah, adanya lowongan PNS ini memang membuat instansi Pemerintah seperti Polres, Disnaker, Dan Rumah Sakit Pemerintah dibanjiri pendatang seperti kami ini. Dan hari ini, yang datang luar biasa banyak. Dimulainya pembagian SKCK yang telah selesai sendiri pun, kami harus menunggu hampir satu jam. MUngkin petugasnya sedang ganti baju atau rehat sejenak karena lelah setelah berolahraga tadi. Dan saat si petugas mengumumkan akan segera dibagikan, suara di dalam ruangan tiba-tiba riuh, dan orang-orang berlomba untuk maju ke depan. (padahal sudah tersedia tempat duduk yang banyak di ruangan tersebut, tapi mereka lebih memilih untuk berdiri. Saya, yang sudah tidak ada kepentingan untuk mendengar nama-nama yang sedang dipanggil itu mengamati keadaan di dalam ruangan tersebut (tidak tahu harus melakukan apa lagi sich). Di sebelah kanan (dari posisiku duduk) aku bisa meliaht semacam papan tulis besar yang berisikan Prosedur pengurusan SKCK dan persyaratan yang diperlukan. Yang menjadi sorotan ku dalam tulisan itu adalah "Pengurusan berlangsung paling lama 30 menit dan paling cepat 15 menit". Teman ku sudah mengurusnya dari hari kamis, namun sabtu disuruh datang untuk mengambil hasilnya (sudah berapa kali lipat dari 30 menit yah). Mungkin, pemohon hari kamis lalu,membludak melebihi batas ekspetasi yang pernah diperkirakan pihak kepolisian saat penulisan 30 menit itu. Atau yah penulisan 30 menit hanya khiasan pemanja mata saja. Mengenai biaya???? Aku sich tidak tahu memang ada ketentuan mengenai pengurusan biaya secara resmi atau tidak. Cuma katerangan temanku ini, saat pembagian formulir, mereka diminta uang Rp 20.000. Setelah selesai? Memang tidak dimintai biaya langsung seperti pendaftaran, tapi saat pelegesan petugas menghimbau pemberian dana sukarela. Kalau kemarin pengurusan kartu kuning di disnaker gimana? Sama juga, ada diminta uang sukarela, jelas temanku Padahal kalau di disnaker aku pernah baca di website resminya sama sekali tidak ada pungutan biaya apapu a.k.a gratis.
Read More >>
Akan selalu ada sisi positif dan negatif dari suatu kemajuan teknologi seperti yang digandrungi tidak hanya remaja dan orang dewasa namun orang tua pun mulai membuka diri untuk mengikuti apa yang disajikan sosial media. Bahkan kalangan elit politik juga menjadikan sosial media menjadi salah satu kepentingan tersendiri baginya. Pak Presiden sendiri punya yang namanya twitter. Ini mncerminkan betapa sosial media sudah merasuk ke lapisan masyarakat manapun di negeri ini atau mungkin di negara-negara lain. Saya sendiri sangkin addictednya, bukanlah guling atau bantal yang diperlukan saat tidur, melainkan hp. HP harus senantiasa ada dalam jangkauan tangan. Ketika terbangun dari tidur hal yang belakangan ini ku lakukan adalah membuka situs fb lewat hp ku. Parah memang. Namun saya belum bisa seperti saya sedia kala sebelum mengenal fb dan segala macamnya. Sambil makan, bahkan nongkrong di wc pun, tidak afdol rasanya kalau tidak pegang hp. Konyol memang aku sekarang ini. Ku sadari betapa aku sudah terdominasi oleh magnet sihir social media ini. Namun separah dampak yang telah ku rasakan ini, ternyata masih banyak lagi dampak buruk yang dialami orang lain. Mulai dari penculikan, pelecehan seksual dan berujung pada kematian. Sungguh suatu dampak yang tidak bisa ditanggapi setengah hati. Malah yang baru-baru ini saya dengar, sosial media yang kita punya, menjadi suatu masukan sendiri bagi perusahaan-perusahaan yang mencari pekerja baru. Wow.. Saya tidak tahu hal ini termasuk hal buruk atau sebaliknya bagi khalayak banyak. Namun bagi saya sendiri, menjadi kerugian tersendiri. Kearena orang introvert seperti saya, sangat senang sekali mencurahkan isi hati lewat jejaring sosial daripada mencari orang untuk mau mendengarkan saya. Jadi tak heran sisi yang muncul di akun ku kebanyakan adalah hal yang berbau kekecewaan ataupun pesimitis dari diriku. Tentunya jika hal ini menjadi bahan penilaian juga bagi perusahaan tersebut, wah chance saya tentu lah tidak banyak yahh.. Over all, aku sangat menyadari, bahwa pengurangan atensiku terhadap jejaring sosial haruslah ku minimalisir. Aku tidak ingin menjadi orang yang nantinya hanya punya teman semu, karena waktu dihabiskan untuk bercengkrama dengan orang tanpa adanya interaksi secara langsung. Dan ini akan membuat diriku semakin tertutup saja.
Read More >>
"Bodoh emang dia tuh, sedangkan status menantu ponakan pejabat aja bisa kaya, lah dia adik ipar pejabat kok malah begitu-begitu saja hidupnya", cetus seorang pengembang.

Baru aku mengerti maksud ucapan yang sudah lama sekali ku dengar itu setelah ku melihat sendiri situasi di lapangan. Aku tinggal di salah satu kabupaten di sumatera utara. Mengenai birokrasi kepemerintahan daerah memang aku tidak begitu paham seperti apa prosedurnya. Namun pembenaranku terhadap ucapan si pengembang itu terbukti ketika ku bekerja dengan seorang yang mengenal baik pimpinan di suatu kabupate.
Aku sendiri memang masih berdomisili di kabupaten yang beliau pimpin. Dan tempat aku bekerja ini bisa dikatakan sumber pendapatan adalah dari kerjaan terkait kegiatan pemerintahan. Yang menjadi sorotan bagiku adalah, betapa beliau dipandang meskipun hanyalah seorang kerabat dekat saja (bukan bagian keluarga inti). Dan di pemerintahan itu sendiri banyak yang tau beliau.

Untuk mengurus segala sesuatu agar dipermudah pemerintah, kami biasanya tinggal sebut nama beliau. Namun meskipun namanya seolah punya andil, tidak serta merta kami bisa menyelesaikan urusan mulus tanpa UUD (ujung-ujungnya duit). Tidak.

Tetap amplop tersedia meski sekedar ukuran pejabat di sana. Jika tanpa penyebutan nama beliau, ku duga amplop yang disediakan haruslah tebal. Dan itu merata di setiap dina di sana. Bahkan sudah terprogram di benak-benak pegawai dengan status biasa. Dimana berkas itu berhenti, di situlah keberadaan si amplop. Jika tidak demikian, jangan harap urusan selesai hitungan minggu.

Mungkin hitungan tahun juga belum bisa dipastikan. Karena dari sekian banyak berkas yang masuk, tentunya berkas yang ditemani amplop lah yang akan disentuh terlebih dahulu. wow,mengapa sampai sebegitu parah sistem yang berlaku di dalam sana? Tidak ada kah lagi yang betul-betul bekerja sesuai dengan mandatnya? Malah hal yang terkadang tidak bisa ditolerir nurani adalah ketika suatu pekerjaan yang seharusnya tidak bisa diberikan ijin pembangunannya (terbentur ketetapan yang sudah terlanjur disusun), masih bisa terkompromikan jika amplopnya jelas.


Read More >>
Guru adalah satu profesi yang sangat aku hormati. Ku sangat salut bagi mereka-mereka dan kebanyakan teman ku yang berhasil dalam bidang ini. Berhasil dengan artian murid-murid yang diajarkannya sukses menerima pentransferan ilmu yang diberikan. Ku juga pernah mengecap profesi ini, namun aku tidak bertahan. Hanya satu tahun saja aku menjalaninya, itu pun dengan pertimbangan kasihan anak-anak atau pihak sekolah yang harus repot untuk mencari penggantiku lagi. Apalagi saat itu abang ipar yang nota bene adalah orang yang merekomendasikan ku supaya bisa diterima di mengajar di sana juga pengajar di sekolah tersebut. Lengkap sudah keengganan ku untuk segera keluar dari sekolah itu. Jadwal mengajar ku memang tak banyak, seminggu paling aku masuk hanya 3 hari, karena aku hanya mengajar siswa/i kelas 1 SMP, sedangkan kakak-kakanya diajar oleh guru yang lebih senior dari ku. Pengalaman ku terjun ke dunia pendidikan sama sekali tidak ada, bahkan background perkuliahaan yang ku ambil pun bukanlah berorientasi menjadi pendidik. Tidak adanya pengalaman sama sekali membuatku harus mencari referensi sebanyak mungkin. Hampir setiap kali aku akan mengajar, pasti aku sudah membuat plan pribadi tentang materi yang akan ku sampaikan. Lalu sedikit browsing juga mengenai bagaimana mengajarkan materi bahasa inggris dengan cara yang menyenangkan. Banyak metode-metode yang aku coba terapkan, tapi aku tidak merasa puas dengan hasil akhirnya. Ku dapati, hanya sedikit saja siswa/i yang memahami materi yang ku sampaikan. Itupun kebanyakan dari kelompok siswi saja. Metode yang pernah ku terapkan, metode belajar tenses lewat lagu, menambah vocabulary lewat permainan, bahkan lewat puzzle dan gambar-gambar lainnya. Namun tidak cukup membantu. Jangan kan untuk berhasil menyampaikan materi, menenangkan siswa pun aku kewalahan, terutama di kelas yang ku lihat mayoritas siswa/i-nya memang hanya memiliki sedikit motivasi untuk belajar. Pembawaanku yang tidak bisa berbicara lantang dan tegas ini pun, ku yakini menjadi kendala ku sendiri. Tapi pernah sekali ku lepas kendali memukul meja, namun anak-anak itu bukannya mengerti malah banyak yang senyum-senyum. Katanya, "miss gak cocok marah, mukanya gak seram". Haaa????? Aku pun tak tahu harus berkata apa lagi. Kondisi begini yang sering ku temui tiap kali berada dalam kelas, membuat ku mantap atas keputusan ku dengan tidak lanjut mengajar lagi. Susah ternyata menjadi guru yang baik dan benar. Menjadi pahlawan bangsa adalah tugas yang berat. Timbul atau tidaknya keingintahuan siswa/i itu, adalah tanggung jawab guru. Namun melihat guru-guru sekarang, ku pikir tidak semua berprinsip begitu. Yang terlihat kasat mata, mereka melakoni peran sebagai guru, hanya karena memang itulah jalan mereka untuk mencukupi kebutuhan hidup. Guru-guru yang modelnya suka mencatat teori tanpa berperan lebih membantu siswa/i-nya untuk mengerti teori tersebut adalah tipe guru yang ku katakan tadi. Banyak guru-guru ku sewaktu SD, SMP, SMA dengan model seperti ini. Yang paling membahayakan adalah, model guru seperti ini, dipercaya untuk menyampaikan mata pelajaran eksakta. Bahaya sekali. Hanya sedikit saja orang yang mencintai dunia eksakta. Sudah sedikit, ditambah lagi mendapat guru yang tidak begitu baik menyampaikan materi seperti diriku ini. Maka sudah bisa digambarkan, tidak akan ada lagi yang minat dengan eksakta ini. Aku sendiri menyukai matematika dan mulai mengerti sedikit matematika saat diajarkan oleh guru ku Ibu JD namanya. Pintar sekali beliau menjangkau muridnya yang bergam untuk secara bersamaan bisa memahami materi yang disampaikan. Baru saat diajar beliau, aku semangat belajar yang namanya matematika. Yang ku pikirkan saat itu adalah, jika sedari awal ku mengenal matematika ku diajarkan oleh guru seperti beliau, tentunya matematika tidak akan menjadi pelajaran yang paling tidak ku sukai (tertera dalam sekian banyak biodata yang pernah ku tulis). Dan jikalau saat awal ku mencintai matematika, tentu aku bisa menjadi seorang peneliti saat ini.
Read More >>
Tulisan ku dimulai dari sini.....

Tertarik dengan tawaran yang disponsori blogdetik dan dahatsu ini, saya juga terbius oleh euforia tantangan ini. Di samping itu, saya juga terdorong oleh rasa bangga terhadap Hewan superstar ini. Mulailah penjelajahan ku lakukan, mulai dari artikel yang disajikan oleh bangsa sendiri hingga artikel yang diliput oleh orang di luar Pertiwi ini.

Disela-sela penjelajahan jari saya, pandanganku terpaku seketika pada satu kalimat awal dalam sebuah artikel berbahasa inggris yang diposting di realwonderoftheworld.com yang menyatakan “Komodo Dragon (Varanus Komodoensis) is truly the only living Dragon on earth”.

Wooww, saya tergumam.

Satu-satunya, dan mereka hidup dan berkembangbiak hanya di Indonesia. Bangga sekali tentunya, bahkan semakin bangga saat akhirnya Pulau Komodo mendapat pengakuan dunia menjadi The New 7 Wonders of the world. Satu lagi ikon, jembatan emas Indonesia.

Terkesan dengan kalimat apresiasi dalam artikel tersebut, saya pun semakin terpukau nyaris ngali (terpelongo teerbodoh, dalam bahasa penduduk di NTT), saat mendapati bahwa mereka pun tertarik untuk melihat hewan ini langsung bahkan menjadikannya ke dalam satu daftar paket wisata mereka di sana. Wah, saya jadi semakin ingin juga menapakan kaki di rumah hewan seksi ini (berharap menang boleh dong :D ).

Lepas dari angan itu, saya mendapati banyak sekali informasi tentang hewan ini. Dan ternyata info yang sama juga sudah disajikan oleh  kompetitor yang lain (super lah lengkapnya postingan mereka itu). Namun, ada beberapa poin tentnag hewan ini yang memang baru sekali saya ketahui setelah membaca informasi yang tersaji dalam artikel yang situsnya sudah saya singgung di awal tadi. Komodo, yang dalam bahasa latinnya Varanus Komodoensis, atau orah, sebutan penduduk sekitar Pulau untuk hewan ini, ternyata pertama sekali ditemukan oleh JKH Van Steyan tahun 1911, dan nama Varanus Komodoensis diberikan oleh PA Owens (kira-kira, kenapa beliau menamakannya komodo ya?) pada tahun berikutnya 1912. Pulau Komodo itu sendiri diresmikan mennjadi Taman Nasional Komodo pada tanggal 6 Maret 1980. Dan puncaknya, pada tahn 2012, Pulau Komodo dinyatakan sebagai 7 keajaiban baru dunia. Wow (Prokkk..Prokkk…Prokkk) yeahhhh…
Eits, bangga sih boleh bangga, tapi kita juga harus sadar untuk selalu menjaga kelestariannya.

Hal yang terpikirkan ku sebagai awam sih, hendaknya Pemerintah tidak tergiur hanya dengan perhitungan income dari keeksotisan orah nih semata. Karena apa? Pemikiran simple saja, bergerak dari pertanyaan “mengapa orah bertahan sampai sekarang di NTT?” karena NTT dan pulau-pulau lain yang berpenghuni komodo sangat tidak akrab dengan aktivitas manusia, kecuali alam itu sendiri, disamping tentunya faktor kecocokan iklim dan lain sebagainya. Nah, efek dari karir komodo yang mulai naik daun ini, tanpa prevensi khusus dari Pemerintah mengenai pengunjung yang kerap berdatangan, takutnya dapat mengganggu keseimabangan hidup mereka. Sebagai bahan pertimbangnan saja, saya pernah mendengar bahwa Komodo sendiri katanya pernah ditemukan di benua Australia, namun hewan ini tidak bisa bertahan di sana. Memang faktor kuat yang disimpulkan pemicu punahnya hewan ini dari benua itu adalah karena faktor alam yang membuat hewan ini tidak bisa berevolusi dengan baik. Dan kini, Nusa Tenggara Timur menjadi pilihan tempat ternyaman, mengapa kita manusia terlihat seolah olah mengerti akan kepentingan mereka? Apalagi saya pernah dengar isu pemindahan habitat mereka ke daerah lain. Oh, ayolah, mereka dengan insting mereka lebih tahu, tempat mana yang bisa disebut rumah oleh mereka. Tugas kita hanya tidak mengusik kenyamanan yang sudah tercipta bagi kelangsungan hidup mereka.

Read More >>
Kira-kira setelah membaca judul ada yang bingung tidak yah (seperti saya)? Saya meski pun berlatar belakang pendidikan sastra inggris namun jujur sebelum saya menuliskan postingan ini saya sudah lupa penggunaan mereka itu (maklum, makin banyak yang dibaca, makin banyak juga yang lupa => ngeles.com). Tapi setelah saya melihat sebuah situs pembelajaran EngVid, dengan cepat saya diingatkan kembali perbedaaan dan penggunaan mereka itu.

Dan saya ingin segera berbagi dengan khalayak (biar semakin ingat), x ajah ada yang kebetulan membutuhkan referensi terkait dengan judul di atas.

Yang akan saya sampaikan pertama sekali bahwa ada kata yang perlu dibuang diantar yang tertera dalam judul, yaitu Alot (tidak ada kata ini dalam bahasa inggris, jadi dikebumikan saja sebelum berbau (emang mayat, hehehhee) ). Jadi fokus kita tinggal pada kata "A lot, Lots, dan Allot".

Here we go....

A lot bisa diartikan dengan : sejumlah ....., sering, dan banyak (large of number of, often, many, much)
Eg:
 1. I have a lot of barca's stuff or I have lots of Barca's stuff
2. I read a lot

Khusus untuk kata Allot sengaja saja pisahkan, karena memang artinya tidak sama dengan a lot dan lots of, penggunaannya jelas berbeda pula. Hanya dikarenakan ada kesamaan penulisan, supaya pengguna tidak akan berpikir kata ini adalah kata yang sama yang bermakna "banyak, sering, dan sejumlah tadi".

Jika diliat arti dalam kamus allot adalah : to assign, divide, distribute.
Eg:
 I allot most of my time to look for job vacancy.
I need to allot more money to pay my school fee.

Jelas kan yahh..

Atau mungkin juga kita menjumpai kata "a whole lot", arti dan penggunaan kata ini sama saja dengan a lot dan lots of.

Berikut saya tulis ulang, soal terkait judul yang saya dapat dalam situs yang sama. Jika kalian sudah benar menjawabnya, tentu dapat ditarik kesimpulan bahwa kalian sudah mengerti tentang materi ini. Yeahh....Selamat2 :D




1. The newspaper will ______________ a page to advertisements.

  1. a lot
  2. alot
  3. lots
  4. allot

2. The school will ____________ $10,000 of its budget to new computers.
  1. allot
  2. alot
  3. lot
  4. lots
3. The school has __________ computers.
  1. a lot
  2. a lot of
  3. lots
  4. alot
  5. alloted of
4. My sister has __________ toys.
  1. allot
  2. lots
  3. lots of
  4. a lot
5. I've read ___________ books.
  1. whole a lot of
  2. a whole lot
  3. lots of whole
  4. a whole lot of
6. ____________ of children need help with homework. Parents need to __________ more time to their children.
  1. A lot, allot
  2. Alot, allot
  3. Allot, a lot
  4. Allot, allot
7. You shouldn't ___________ all of your time to work. You need to have fun too.
  1. a lot of
  2. lots
  3. allot
  4. alot
8. I spend ____________ time at the library.
  1. allot
  2. a lot
  3. a lot of
  4. lots
9. Josh has alot of comic books.

Is this sentence correct?
  1. yes
  2. no
It should be 'a lot of'.
10. Mr. E has lots of dresses.

Is this sentence correct?
  1. yes
  2. no
 key :4, 1, 2, 3, 4, 1, 3, 3, 2, 1
Read More >>
Excuse, Pardon, Sorry

Atasan ku menanyakanku perbedaan tiga kata di atas (sekedar menguji atau memang ingin tahu, aku pun tak berani beropini apa-apa). Namun saat itu yang ku utarakan padanya mengenai penjelasan itu, singkat saja, bisa dikatakan kulitnya saja. Saya menjelaskan, memang ketiganya diartikan untuk ekspresi ungkapan maaf. Tapi kalau boleh saya bilang, yang bisa dibandingkan hanyalah excuse dan pordon. Kalau sorry sudah jelas, diungkapkan karena contoh:
- bapak secara tidak sengaja melakukan sesuatu yang salah lalu kamu mengatakan "sorry, i didnt do it for any purpose".
- bapak merasa simpati atau iba terhadap sesuatu => i feel sorry for your family

Dan sangat tidak lazim jika kata sorry dalam kalimat itu, diganti dengan excuse atau pardon, karena memang penggunaan excuse dan pordon berbeda dengan penggunaan sorry.

Konkritnya begini, sorry digunakan atau kita ungkapkan ketika kita sudah melakukan kesalahan, sedangkan excuse dan pordon diungkapkan saat kita melakukan sesuatu yang mungkin saja tidak berkenan bagi orang lain.
Misalnya:
-  bapak ingin menginterupsi suatu pecakapan => excuse me, i dont think it's a good solution.
- bapak ingin meninggalkan seseorang untuk waktu yang tak lama => excuse me, i need to wash my hand
-  bapak tidak begitu mendengar perkataan seseorang => you're late/excuse me?/i said you're late.
(nah, di point ini kata pordon juga bisa digunakan => my name enny/ pordon me?/ my name enny. dan biasanya digunakan dalam bahasa spoken saja. Pordon juga lebih sering digunakan British english)

Sebatas itu saja yang bisa saya sampaikan kepada beliau, namun kerutan dahinya mengatakan apa yang ku jelaskan belumlah menjawab apa yang ditanyakannya. Some body help me? :D
Read More >>
Prakata
Tadinya, postingan ini ingin ku ikut sertakan dalam kompetisi blog tentang Komodo. Sedikit ulasan sudah terangkai namun batal diikutkan, karena selain minder (setelah membaca beberapa postingan kompetitor lain), ternyata ada persyaratan yang diajukan harus diwajibkan diikuti oleh peserta blog, dan deadline-nya ternyata bulan agustus lalu, meski deadline penutupan tanggal 9 september ini. Alhasil cuma bisa gigit jari dan meleburkan semua asa dalam angan. Namun, daripada dibuang sayang, maka blog ini pun menjadi tempat pelampiasan. heheheeee...

Tulisan ku dimulai dari sini.....

Tertarik dengan tawaran yang disponsori blogdetik dan dahatsu ini, saya juga terbius oleh euforia tantangan ini. Di samping itu, saya juga terdorong oleh rasa bangga terhadap Hewan superstar ini. Mulailah penjelajahan ku lakukan, mulai dari artikel yang disajikan oleh bangsa sendiri hingga artikel yang diliput oleh orang di luar Pertiwi ini.

Disela-sela penjelajahan jari saya, pandanganku terpaku seketika pada satu kalimat awal dalam sebuah artikel berbahasa inggris yang diposting di realwonderoftheworld.com yang menyatakan “Komodo Dragon (Varanus Komodoensis) is truly the only living Dragon on earth”.

Wooww, saya tergumam.

Satu-satunya, dan mereka hidup dan berkembangbiak hanya di Indonesia. Bangga sekali tentunya, bahkan semakin bangga saat akhirnya Pulau Komodo mendapat pengakuan dunia menjadi The New 7 Wonders of the world. Satu lagi ikon, jembatan emas Indonesia.

Terkesan dengan kalimat apresiasi dalam artikel tersebut, saya pun semakin terpukau nyaris ngali (terpelongo teerbodoh, dalam bahasa penduduk di NTT), saat mendapati bahwa mereka pun tertarik untuk melihat hewan ini langsung bahkan menjadikannya ke dalam satu daftar paket wisata mereka di sana. Wah, saya jadi semakin ingin juga menapakan kaki di rumah hewan seksi ini (berharap menang boleh dong :D ).

Lepas dari angan itu, saya mendapati banyak sekali informasi tentang hewan ini. Dan ternyata info yang sama juga sudah disajikan oleh  kompetitor yang lain (super lah lengkapnya postingan mereka itu). Namun, ada beberapa poin tentnag hewan ini yang memang baru sekali saya ketahui setelah membaca informasi yang tersaji dalam artikel yang situsnya sudah saya singgung di awal tadi. Komodo, yang dalam bahasa latinnya Varanus Komodoensis, atau orah, sebutan penduduk sekitar Pulau untuk hewan ini, ternyata pertama sekali ditemukan oleh JKH Van Steyan tahun 1911, dan nama Varanus Komodoensis diberikan oleh PA Owens (kira-kira, kenapa beliau menamakannya komodo ya?) pada tahun berikutnya 1912. Pulau Komodo itu sendiri diresmikan mennjadi Taman Nasional Komodo pada tanggal 6 Maret 1980. Dan puncaknya, pada tahn 2012, Pulau Komodo dinyatakan sebagai 7 keajaiban baru dunia. Wow (Prokkk..Prokkk…Prokkk) yeahhhh…
Eits, bangga sih boleh bangga, tapi kita juga harus sadar untuk selalu menjaga kelestariannya.

Hal yang terpikirkan ku sebagai awam sih, hendaknya Pemerintah tidak tergiur hanya dengan perhitungan income dari keeksotisan orah nih semata. Karena apa? Pemikiran simple saja, bergerak dari pertanyaan “mengapa orah bertahan sampai sekarang di NTT?” karena NTT dan pulau-pulau lain yang berpenghuni komodo sangat tidak akrab dengan aktivitas manusia, kecuali alam itu sendiri, disamping tentunya faktor kecocokan iklim dan lain sebagainya. Nah, efek dari karir komodo yang mulai naik daun ini, tanpa prevensi khusus dari Pemerintah mengenai pengunjung yang kerap berdatangan, takutnya dapat mengganggu keseimabangan hidup mereka. Sebagai bahan pertimbangnan saja, saya pernah mendengar bahwa Komodo sendiri katanya pernah ditemukan di benua Australia, namun hewan ini tidak bisa bertahan di sana. Memang faktor kuat yang disimpulkan pemicu punahnya hewan ini dari benua itu adalah karena faktor alam yang membuat hewan ini tidak bisa berevolusi dengan baik. Dan kini, Nusa Tenggara Timur menjadi pilihan tempat ternyaman, mengapa kita manusia terlihat seolah olah mengerti akan kepentingan mereka? Apalagi saya pernah dengar isu pemindahan habitat mereka ke daerah lain. Oh, ayolah, mereka dengan insting mereka lebih tahu, tempat mana yang bisa disebut rumah oleh mereka. Tugas kita hanya tidak mengusik kenyamanan yang sudah tercipta bagi kelangsungan hidup mereka.

Untuk teman-teman pemenang yang terpilih nanti bersama panitia menjelajah langsung hewan emas ini, diharapkan patuh akan instruksi pawang yah. Ingat, pikirkan tentan g mereka, jangn terlarut dengan kesenangan pribadi saja. Tetaplah sportif teman-teman. Dan jangan meninggalkan sampah yah di sana. Bali dulu begitu indah, bak nirwananya dunia, namun kini tercemar oleh sampah. Jangan mengulang kesalahan yang sama, bersama kita jaga kelangsungan hewan ini. Indonesia dipercaya sebagai rumah hewan langka bumi, mari sama-sama kita jaga titipan ini. Kalau ada tagline pernah kita dengar “tidak ada badak tidak bagus”, maka untuk ini saya  mengajukan hal serupa namun tak sama “son ada orah, son ada keajaiban”
HORAS :D
Read More >>