Prakata
Tadinya, postingan ini ingin ku ikut sertakan dalam kompetisi blog tentang Komodo. Sedikit ulasan sudah terangkai namun batal diikutkan, karena selain minder (setelah membaca beberapa postingan kompetitor lain), ternyata ada persyaratan yang diajukan harus diwajibkan diikuti oleh peserta blog, dan deadline-nya ternyata bulan agustus lalu, meski deadline penutupan tanggal 9 september ini. Alhasil cuma bisa gigit jari dan meleburkan semua asa dalam angan. Namun, daripada dibuang sayang, maka blog ini pun menjadi tempat pelampiasan. heheheeee...

Tulisan ku dimulai dari sini.....

Tertarik dengan tawaran yang disponsori blogdetik dan dahatsu ini, saya juga terbius oleh euforia tantangan ini. Di samping itu, saya juga terdorong oleh rasa bangga terhadap Hewan superstar ini. Mulailah penjelajahan ku lakukan, mulai dari artikel yang disajikan oleh bangsa sendiri hingga artikel yang diliput oleh orang di luar Pertiwi ini.

Disela-sela penjelajahan jari saya, pandanganku terpaku seketika pada satu kalimat awal dalam sebuah artikel berbahasa inggris yang diposting di realwonderoftheworld.com yang menyatakan “Komodo Dragon (Varanus Komodoensis) is truly the only living Dragon on earth”.

Wooww, saya tergumam.

Satu-satunya, dan mereka hidup dan berkembangbiak hanya di Indonesia. Bangga sekali tentunya, bahkan semakin bangga saat akhirnya Pulau Komodo mendapat pengakuan dunia menjadi The New 7 Wonders of the world. Satu lagi ikon, jembatan emas Indonesia.

Terkesan dengan kalimat apresiasi dalam artikel tersebut, saya pun semakin terpukau nyaris ngali (terpelongo teerbodoh, dalam bahasa penduduk di NTT), saat mendapati bahwa mereka pun tertarik untuk melihat hewan ini langsung bahkan menjadikannya ke dalam satu daftar paket wisata mereka di sana. Wah, saya jadi semakin ingin juga menapakan kaki di rumah hewan seksi ini (berharap menang boleh dong :D ).

Lepas dari angan itu, saya mendapati banyak sekali informasi tentang hewan ini. Dan ternyata info yang sama juga sudah disajikan oleh  kompetitor yang lain (super lah lengkapnya postingan mereka itu). Namun, ada beberapa poin tentnag hewan ini yang memang baru sekali saya ketahui setelah membaca informasi yang tersaji dalam artikel yang situsnya sudah saya singgung di awal tadi. Komodo, yang dalam bahasa latinnya Varanus Komodoensis, atau orah, sebutan penduduk sekitar Pulau untuk hewan ini, ternyata pertama sekali ditemukan oleh JKH Van Steyan tahun 1911, dan nama Varanus Komodoensis diberikan oleh PA Owens (kira-kira, kenapa beliau menamakannya komodo ya?) pada tahun berikutnya 1912. Pulau Komodo itu sendiri diresmikan mennjadi Taman Nasional Komodo pada tanggal 6 Maret 1980. Dan puncaknya, pada tahn 2012, Pulau Komodo dinyatakan sebagai 7 keajaiban baru dunia. Wow (Prokkk..Prokkk…Prokkk) yeahhhh…
Eits, bangga sih boleh bangga, tapi kita juga harus sadar untuk selalu menjaga kelestariannya.

Hal yang terpikirkan ku sebagai awam sih, hendaknya Pemerintah tidak tergiur hanya dengan perhitungan income dari keeksotisan orah nih semata. Karena apa? Pemikiran simple saja, bergerak dari pertanyaan “mengapa orah bertahan sampai sekarang di NTT?” karena NTT dan pulau-pulau lain yang berpenghuni komodo sangat tidak akrab dengan aktivitas manusia, kecuali alam itu sendiri, disamping tentunya faktor kecocokan iklim dan lain sebagainya. Nah, efek dari karir komodo yang mulai naik daun ini, tanpa prevensi khusus dari Pemerintah mengenai pengunjung yang kerap berdatangan, takutnya dapat mengganggu keseimabangan hidup mereka. Sebagai bahan pertimbangnan saja, saya pernah mendengar bahwa Komodo sendiri katanya pernah ditemukan di benua Australia, namun hewan ini tidak bisa bertahan di sana. Memang faktor kuat yang disimpulkan pemicu punahnya hewan ini dari benua itu adalah karena faktor alam yang membuat hewan ini tidak bisa berevolusi dengan baik. Dan kini, Nusa Tenggara Timur menjadi pilihan tempat ternyaman, mengapa kita manusia terlihat seolah olah mengerti akan kepentingan mereka? Apalagi saya pernah dengar isu pemindahan habitat mereka ke daerah lain. Oh, ayolah, mereka dengan insting mereka lebih tahu, tempat mana yang bisa disebut rumah oleh mereka. Tugas kita hanya tidak mengusik kenyamanan yang sudah tercipta bagi kelangsungan hidup mereka.

Untuk teman-teman pemenang yang terpilih nanti bersama panitia menjelajah langsung hewan emas ini, diharapkan patuh akan instruksi pawang yah. Ingat, pikirkan tentan g mereka, jangn terlarut dengan kesenangan pribadi saja. Tetaplah sportif teman-teman. Dan jangan meninggalkan sampah yah di sana. Bali dulu begitu indah, bak nirwananya dunia, namun kini tercemar oleh sampah. Jangan mengulang kesalahan yang sama, bersama kita jaga kelangsungan hewan ini. Indonesia dipercaya sebagai rumah hewan langka bumi, mari sama-sama kita jaga titipan ini. Kalau ada tagline pernah kita dengar “tidak ada badak tidak bagus”, maka untuk ini saya  mengajukan hal serupa namun tak sama “son ada orah, son ada keajaiban”
HORAS :D

Related Post :